BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal sebagai kencing manis berarti “gula madu”. Istilah “diabetes mellitus” itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani, yang artinya “mengalir melalui pipa dengan tekanan atmosfer”.
Sedangkan, dalam bahasa Latin, diabetes mellitus berarti “semanis madu”. Kedua
pengertian tersebut, menggambarkan diabetes secara tepat.
Pada penderita
diabetes, air melewati tubuhnya seolah- olah dialirkan dari mulut lewat saluran
kemih dan langsung keluar dari tubuh. Air seninya pun terasa manis karena
mengandung gula. Itu sebabnya diabetes
sering disebut sebagai penyakit kencing manis. Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa diabetes itu
bisa terjadi?
Ketika seseorang
menderita diabetes
maka pankreas orang tersebut tidak dapat menghasilkan cukup insulin
untuk menyerap gula yang diperoleh dari makanan. Itu yang menyebabkan kadar
gula dalam darah menjadi tinggi akibat timbunan gula dari makanan yang tidak
dapat diserap dengan baik dan dibakar menjadi energi. Penyebab lain adalah
insulin yang cacat atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik.
Insulin
adalah hormon yang dihasilkan pankreas, sebuah organ di samping lambung. Hormon
ini melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada dinding sel.
Insulin bertugas untuk membuka reseptor pada dinding sel agar glukosa memasuki
sel. Lalu sel-sel tersebut mengubah glukosa menjadi energi yang diperlukan
tubuh untuk melakukan aktivitas. Dengan kata lain, insulin membantu menyalurkan
gula ke dalam sel agar diubah menjadi energi. Jika jumlah insulin tidak cukup,
maka terjadi penimbunan gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes. World Health Organization (WHO)
sebelumnya telah merumuskan
bahwa DM merupakan sesuatu yang
tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin.
2.2 GEJALA DIABETES
Secara umum, gejala yang sering dialami oleh para
penderita diabbetes adalah:
2.2.1
Gejala Klinis
Secara klinis, gejala diabetes ditandai dengan:
a.
Gejala Khas
1.
Poliuria
( sering kencing )
2.
Poliphagia
( cepat lapar )
3.
Polidipsia
( sering haus )
4.
Lemas
5.
Berat
badan menurun
b.
Gejala Lain
1.
Gatal-
gatal
2.
Mata
kabur
3.
Gatal
di kemaluan ( wanita )
4.
Impotensia
5.
Kesemutan
2.2.2
Gambaran Laboratorium
a.
Gula
darah sewaktu > = 200 mg/dl
b.
Gula
darah puasa > 126 ,g/dl ( Puasa = tidak ada masukan makanan / kalori 10 jam
terakhir )
c.
Glukosa
plasma 2 jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram.
Sebagai
pedoman dalam diagnosis DM, WHO mengeluarkan panudan diagnosis, sesuai tabel
1.1.
Jenis Pemeriksaan
|
Nilai Normal
|
Diabetes :
-
Glukosa puasa
-
Glukosa 2 jam pp
|
> = 7.0 mol/ l ( 126 mg/dl ) atau
> = 11.1 mmol/ l ( 200 mg/dl )
|
Impaired Glucoose Tolerance ( IGT )
-
Glukosa puasa
-
Glukosa 2 jam pp
|
< 7.0 mmol/ l ( 126 mg/dl ), dan
> = 7.8 mmol/ l dan 11.1 mmol/ l
( 140 mg/ dl dan 2000 mg/ dl )
|
Impaired Fasting Glocose ( IFG )
-
Gluosa puasa
-
Glukosa 2 jam pp
|
6.1 – 6.9 mmol/ l ( 110 – 125 mg/ dl ),
Dan < 7.8 mmol/ l ( 140 mg/ dl )
|
+ glukosa plasma
vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa
* jika 2 jam pp
tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan.
2.3 BEBAN DIABETES
Setiap tahun, jumlah penderita diabetes kian
meningkat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beban
global diabetes melitus pada 2000 adalah 135 juta, di mana beban ini
diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun
(tahun 2025). Pada 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar
di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta
orang setelah 25 tahun. Pada
2030 akan terdapat lebih dari 82 juta orang berumur di atas 64 tahun dengan
diabetes di negara sedang berkembang, di negara maju hanya 48 juta orang, dan
secara global diperkirakan 333 juta orang menderita diabetes.
Di Indonesia
sendiri, pada 2006,
jumlah penyandang diabetes (diabetasi) mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu,
baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan
pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi
diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3, kecuali di Manado yang cenderung
lebih tinggi, yaitu 6,1 %. Di dunia Indonesia menduduki
rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India
dalam prevalensi diabetes (Diabetes Care, 2004).
Sebagai salah satu
negara maju, di Amerika keadaan DM dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Lebih
dari 18,2 juta Amerika mempunyai DM, dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui
bahwa mereka menderita DM.
b.
Pada
tahun 2050 diperkirakan 39 juta penduduk AS akan didiagnosis DM.
c.
Kelompok
Amerika- Indian, Afrika- Amerika, Hispanic lebih beresiko 2 kali DM dibandingkan
orang kulit putih AS.
d.
Tipe
2 DM yang umumnya menyerang kelompok dewasa, akan meningkat diagnosisnya pada
kelompok muda.
e.
Sepertiga
anak- anak AS yang lahir ditahun 2000 dapat menderita DM selama masa hidupnya.
f.
DM
berada pada peringkat ke- 6 penyebab kematian, di mana lebih dari 200.000
penduduk meninggal setiap tahnnya karena menderita DM.
g.
DM
menjadi penyebab utama gagal ginjal, kebutaan dewasa, dan amputasi tangan /
kaki yang bukan karena trauma.
h.
DM
penyebab utama penyakit jantung dan stroke,yang bertanggung jawab terhadap 65 %
penyebab kematian mereka yang DM.
i.
Sekitar
18.000 ibu yang punya DM melahirkan bayi tiap tahun, dan 135. 000 ibu
diperkirakan mempunya diabetes gestational. DM akan meningkatkan risiko
komplikasi kehamilan, dan risiko anak untuk menjadi gemuk dan dapat DM dalam
hidupnya.
j.
DM
menjadi penyakit yang paling populer ada usia 65- 74 tahun, dan kurang pada
usia di bawah 45 tahun, tanpa memandang kelompok ras, etnik dan kelamin.
k.
Diperkirakan
41 juta penduduk AS adalah pre- diabetes, berisiko tinggi untuk terserang DM
tipe 2. Mereka yang pre- diabetes mempunyai IFG, IGT atau keduanya.
l.
Biaya
total DM ( langsung dan tidak langsung ) mencapai $ 132 miliar. Biaya medis
langsung $ 92 miliar. Biaya tidak langsung ( cacat, hilang pekerjaan, mati ) $
40 miliar.
m.
Rata-
rata biaya pelayanan kesehatan DM $ 13.243 per tahun, dibandingkan $ 2.560
orang tanpa DM.
Sementara keadaan
DM di Indonesia digambarkan sebagai berikut:
a.
Dari
hasil Riskesdas 2007 prevalensi diabetes mellitus di daerah
urban Indonesia untuk usia 15 tahun sebesar 5,7% (1,5% terdiri dari pasien
diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan 4,2% baru diketahui
diabetes saat penelitian).
b.
Propinsi diperoleh prevalensi
diabetes mellitus tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara
(masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan NAD (8,5%). Prevalensi
diabetes mellitus terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT (1,8%). Prevalensi
Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8%), diikuti Sulbar
(17,6%), dan Sulut (17,3%), sedangkan terendah di Jambi (4%), diikuti NTT
(4,9%) Sementara itu angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia
45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan sebesar
5,8%.
c.
Data yang dikumpulkan Unit Kerja
Koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak
Mei 2009 hingga Februari 2011 menunjukkan terdapat 590 anak dan remaja berusia
di bawah 20 tahun yang merupakan penyandang diabetes tipe 1 di seluruh
Indonesia. Data ini
diperkirakan merupakan puncak gunung es sehingga jumlah penderita yang
sesungguhnya di populasi tentu lebih banyak lagi yang masih belum terdeteksi.
Bila jumlah anak (0 - 18 tahun sesuai UU perlindungan anak) di Indonesia ± 83
juta jiwa, maka kasus DM tipe 1 pada anak yang telah ditemukan hanya mencapai
0,00711 permil.
d. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 faktor
risiko diabetes seperti obesitas umum 19,1% (terdiri dari berat badan berlebih
dan obesitas 10,3%), obesitas sentral 18,8%, perokok 23,7 %, kurang makan buah
dan sayur 93,6 %, sering makan/minum makanan/minuman manis 65,2%, kurang
aktifitas fisik 48,2 %, sering makan makanan berlemak 12,8%,
gangguan mental
emosional 11,6% dan konsumsi alkohol pada beberapa bulan terakhir sebesar 4,6 %.
e. Berdasarkan hasil penelitian
Konsultan Diabetik dan Metabolik Endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Prof. Sidartawan Soegondo,
prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di
pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai
148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa
menderita diabetes.
f. Hasil
penelitian Baran Palanimuthu juga menunjukkan sebanyak 43 orang (57,3 persen)
responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dimana 26 orang (34,7
persen) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan hanya enam orang
(8 persen) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet
diabetes mellitus serta komplikasinya.
g. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2%
mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah
puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram).
Secara umum DM merupakan beban kesehatan
masyarakat yang cukup berat mengingat bahwa :
a.
Diabetes
tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dicegat atau dikendalikan ( diperlambat ).
DM merupakan bagian kesehatian seumur hidup seorang penderita.
b. Rentan terhadap komplikasi. Keadaan lanjut
ini karena pasien tidak merasa sakit, sehingga melalaikan pengobatan dan
perawatan. Selain itu, tentu terlambat mengunjungi dokter untuk mendapatkan
diagnosis dan pengobatan.
c. Komplikasi DM berat dan bersifat terminal
( diakhiri dengan kematian).
d. Bersifat autoimun yang menurun ( DM tipe I
)
e.
Manifestasinya
pada kelompok- kelompok tertentu cukup lebih berat ( misalnya pada kelompok ibu
hamil atau berat badan rendah / underweight).
2.4 KLASIFIKASI DIABETES
Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
2.4.1
DM tipe 1 ( IDDM / INSULIN
DEPENDENT DIABETES MELLITUS )
DM
tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile
onset” atau “Insulin dependent”
atau “Ketosis prone”, karena tanpa
insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan
ketoasidosis. Istilah “juvenile onset”
sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun
dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir
usia 30 atau menjelang 40.
Karakteristik
dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar
glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap
stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.
DM
tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan
histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel
Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel
beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan
penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau
myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4.
Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan
agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan
genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein
virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor
yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus
(mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi
pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1
terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau
aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat
faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
Sampai saat ini,
Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin
yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet
dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor
kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada
anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering
muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
2.4.2
DM tipe 2 ( NIDDM / NON-
INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS )
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam
tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah
Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel
dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab
terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas).
Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian
tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk
diberikan.
Jika dulu DM 2 sering dihubungkan dengan usia
lanjut, sekarang anak- anak dan remaja juga bisa mengalaminya, karena pola
makan yang kurang sehat dan kurang olehraga. Di Indonesia saja, sekitar 65. 000
anak menderita DM tipe 2 ini.
Tahap perkembangan DM tipe 2 terjadi yaitu:
·
Tahap 1. Genetic suspecbility, sebagai prerequisite
·
Tahap 2. Insulin resistance
·
Tahap 3. Impaired Glucuse Toleraance ( IGT )
·
Tahap 4. DM tipe 2
DM tipe 2 juga ditandai dengan 4 gangguan metabolik
utama, yaitu:
·
Hiperglikemia kronik
·
Resistensi insulin
·
Reduksi respon insulin
·
Peningkatan penggeluaran glukosa hepar
Berikut ini, akan kami uraikan beberapa perbedaan
antara DM tipe 1 dan DM tipe 2:
DM tipe 1
|
DM tipe 2
|
-
Sel pembuat insulin rusak
-
Mendadak, berat dan fatal
-
Umumnya usia muda
-
Insulin absolut dibutuhkan seumur hidup
-
Bukan turunan, tapi autoimun
-
Lebih banyak di negara maju ( faktor genetika )
-
Terjadi sekitar 10 – 15 % kasus DM
-
Lebih banyak diderita oleh pria daripada wanita
-
Menyebabkan autoantibodi
-
Terjadi gangguan autoimun
|
-
Lebih sering dari tipe 1
-
Faktor turunan positif
-
Muncul saat dewasa
-
Biasanya diawala ( ttrigger ) dengan kegemukan
-
Komplikasi kalau tidak terkendali
-
Lebih tinggi di negara maju ( faktor gaya hidup
dan status gizi )
-
Terjadi sekitar 85- 90 % kasus DM
-
Lebih banyak diderita wanita daripada laki- laki
-
Tidak menyebabkan autoantibodi
-
Terjadi gangguan metabolik
|
2.4.3
DIABETES MELLITUS TIPE LAIN
Beberapa jenis DM lainnya yaitu:
a.
Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan
defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada
usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the
young (MODY). Terjadi gangguan
sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah
diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering
adalah mutasi
kromosom
12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah
diidentifikasi kelaian genetik yang mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.
b.
Defek genetik kerja insulin
Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang
mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu
dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada wanita
mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.
c.
Penyakit eksokrin pankreas
Meliputi pankreasitis, trauma,
pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.
d.
Endokrinopati
Beberapa hormon seperti
GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis aktivitas insulin.
Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada sindroma Cushing, glukagonoma,
feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang
sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki
bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.
e.
Karena obat/zat kimia
Beberapa
obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan
pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu
kerja insulin.
f.
Infeksi
Virus
tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus
B, CMV, adenovirus, dan mumps.
g.
Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu
sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman
terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pankreas.
h.
Sindroma genetik lain
Down’s syndrome,
Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dan lain- lain.
2.4.4
DM Gestational
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi
glukosa dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan
komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan
kembali normal pada trimester ketiga.
Pada DM ini, risiko pada ibu bisa fatal, begitu juga
janinnya. Risiko pada janin yaitu cacat bawaan sampai mati. Pada DM type ini,
ibu hamil memerlukan insulin untuk sementara waktu.
2.5 RISIKO DIABETES
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan DM, di antaranya:
2.5.1
Modified Risk Factors ( Faktor Risiko yang Bisa
Dimodifikasi )
Faktor risiko DM yang bisa dimodifikasi
atau diubah di antaranya :
Ø Berat
badan lebih (IMT > 23 kg/m2).
Dari
semua yang didiagnosis diabetes tipe 2, lebih dari 85 persen dari mereka
mengalami kelebihan berat badan. Obesitas pada lemak perut telah dikaitkan
dengan risiko tinggi diabetes. Berat badan berlebih akan memicu resistensi
insulin dan yang menyebabkan gula darah tinggi.
Ø Kurangnya
aktivitas fisik.
Seseorang
yang cenderung kurang aktivitas fisik juga berada pada risiko mengidap diabetes
dua kali lipat lebih tinggi. Hanya dengan menambahkan kegiatan aktivitas fisik
dan mengubah gaya hidup tidak hanya akan menurunkan resistensi insulin, tetapi
juga akan membantu Anda mengurangi berat badan. Penelitian menunjukkan,
kehilangan hanya beberapa kilogram berat badan dapat mencegah atau menunda
diabetes tipe 2.
Ø Hipertensi
(> 140/90 mmHg).
Ø Dislipidemia
(HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
Ø Diet
tak sehat (unhealthy diet).
Diet
dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes dan DM tipe 2.
Ø Makan berlebihan
Jika
seseorang merupakan penggemar
berat dari makanan tinggi lemak, bergula dan secara rutin mengonsumsinya, maka
secara tidak langsung orang tersebut
sudah membuat menu untuk mengarahkan perkembangan diabetes.
Menurut Dr. Stewart Harris, seorang dokter
keluarga dari University of Western Ontario’s Schulich School of
Medicine and Dentistry, orang
tidak pernah berpikir tentang apa yang mereka makan karena merasa nyaman dan
sudah terbiasa.
Perilaku
inilah yang akan menempatkan
mereka pada risiko diabetes. Kebiasaan
mengonsumsi gorengan, minum pop, saus salad dan kue, berkontribusi meningkatkan
peluang seseorang mengalami kenaikan berat badan, yang pada gilirannya
meningkatkan resistensi insulin dan menempatkan Anda pada risiko yang lebih
besar terkena diabetes. Bahkan orang
tersebut juga bisa mengembangkan
kolesterol tinggi dan hipertensi, masalah yang sering ditemukan pada orang
dengan diabetes dan berhubungan dengan penyakit jantung. Ia menyarankan untuk memakan makanan favorit
dengan porsi yang lebih kecil dan mengurangi asupan lemak.
Ø
Punya
problem khas perempuan
Perempuan
tertentu lebih rentan terserang diabetes dibandingkan yang lain. Mereka adalah
kelompok wanita dengan sindrom ovarium polikistik, ketidakseimbangan hormonal
wanita yang dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur.
Tapi
tidak perlu cemas. Seperti pada orang-orang berisiko tinggi lainnya, mereka hanya perlu merubah pola
diet dan tetap aktif bergerak. Jika mereka telah didiagnosis dengan pradiabetes, mengambil obat untuk
menurunkan gula darah mungkin bisa menjadi pilihan bermanfaat.
2.5.2
Un- modified Risk Factors ( Faktor Risiko yang
Tidak Bisa Dimodifikasi )
Faktor
risiko yang tidak dapat diubah di antaranya:
S Ras
dan etnik
Etnis juga turut berpengaruh dalam
pengembangan risiko diabetes. Seseorang
akan lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 jika berasal dari
latar
belakang
Aborigin, Asia Selatan, Asia, Afrika atau Hispanik. Orang tersebut tidak dapat mengubah gennya, tetapi dapat mengubah tingkat
risiko. Jika setiap orang dalam rumah tangga dapat memilih makanan yang sehat
dan rutin melakukan aktivitas fisik, bukan tidak mungkin akan keluar dari
masalah ini.
S Riwayat
keluarga dengan diabetes
Jika
keluarga dekat Anda ada yang didiagnosis mengidap diabetes tipe 2 (ibu atau
ayah, saudara ), maka risiko Anda mendapatkan diabetes akan jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
memiliki riwayat keluarga dengan diabetes.
S Umur
Meskipun
benar bahwa diabetes tipe 2 lebih banyak didiagnosis pada orang yang lebih
muda, namun penyakit ini masih lebih banyak ditemukan setelah seseorang
menginjak usia 40 tahun.
"Itu
sebabnya kami menyarankan skrining rutin diabetes harus dimulai pada usia 40
tahun," kata Harris. Namun, pada orang yang berisiko, skrining diabetes
bisa dilakukan sebelum usia 40 tahun.
S Riwayat
melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional (DMG).
Ibu
yang pernah melahirkan bayi besar (lebih dari 4.000 gram) juga berisiko mengalami
diabetes. Sedangkan pada wanita hamil yang menderita diabetes gestasional selama kehamilan, maka janinnya beresiko tujuh
kali lebih mungkin untuk memiliki diabetes tipe 2 di kemudian hari dibanding
yang tidak.
S Riwayat
lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg.
Bayi
yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan
bayi lahir dengan BB normal.
2.5.3
Faktor Risiko Lain
Q Lingkungan
Q Risiko lingkungan
DM berkaitan dengan faktor- faktor:
Q Geografic Variation ( faktor variasi geografis),
misalnya di Cina.
Q Temporal Variation
Q Migrant Risk in
new environment
Di
Indonesia sejumlah 14,7% penduduk daerah urban dan 7,2% daerah rural diperkirakan
mengidap DM.
Q Faktor ekonomi
Q
Penderita Polycystic Ovary Syndrome
(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin.
Q
Penderita sindrom metabolic
Mereka yang menderita sindrom metabolik memiliki riwayat
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke,
PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases), juga mampu menyebabkan
diabetes.
Faktor risiko ini bervariasi menurut kemungkinan jenis risiko
yang diperkirakan akan terjadi. Risiko tersebut juga bisa dibedakan atas jenis
risiko menderita Dm dan jenis risiko meninggal akibat DM. Risiko- risiko ini
berbeda antar region, etnik, ekonomi dan sosial masyarakat.
Dalam kaitannya dengan faktor risiko, dikenal istilah ABC
untuk DM yang terdiri dari:
a) A
= A1c
Huruf A = A1c, yakni Hb A1c, glukosa yang terikat pada sel
darah merah. Kadar A1c di dalam darah menggambarkan kadar gula darah rata- rata
selama 3 bulan. Kadar normal Hb A1c < 7%.
b) B
= Blood Presure
Selama ini, 2/3 penderita DM menderita hipertensi. DM yang
diiringi dengan hipertensi mempertinggi risiko komplikasi ( jantung, stroke,
ginjal dan mata ).
c) C
= Cholesterol
Peningkatan kolesterol akan menyebabkan penyakit jantung dan
pembuluh darah segera mendampingi DM. Kolesterol berbahaya jika tinggi >
200mg % dan HDL < = 35mg %
2.6 KOMPLIKASI DM
DM akan semakin sulit dikendalikan ketika ia telah memasuki
tahap komplikasi. DM dapat menyerang
hampir seluruh sistem tubuh seseorang, mulai dari kulit, sampai jantung. Bentuk
komplikasi DM pada sistem tubuh dapat berupa:
a) Sistem
kardiovaskular : hipertensi, infark miokard, insufiensi koroner.
b) Mata
: retinopati, diabetika, katarak.
c) Saraf
: neropati diabetika.
d) Paru-
pari : TBC.
e) Ginjal
: pielonefritis, glumeruloskelrosis.
Secara
khusus, gangguan fungsi ginjal ini ditandai oleh :
1) Terdapat
protein pada air seni
2)
Tekanan
darah tinggi
3)
Pembengkakan di kaki
4)
Buang air kecil menjadi lebih frekuen
5)
Mual dan muntah
6)
Lemah dan pucat ( anemia )
f)
Hati : sirosis hepatis.
g)
Kulit : gangren, ulkus, furunkel.
Beberapa penyakit yang
dapat disebabkan oleh DM di antaranya :
a.
Komplikasi jangka panjang
Diabetes dapat menyebabkan
komplikasi jangka panjang seperti serangan jantung, stroke, kebutaan akibat
glukoma, penyakit ginjal, dan luka yang tidak dapat sembuh hingga infeksi
sehingga harus diamputasi. Bahkan taraf yang paling mengerikan adalah kematian.
Komplikasi-komplikasi ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah, kerusakan
saraf, dan ketidaksanggupan tubuh melawan infeksi. Namun, tidak semua penderita
diabetes mengalami masalah-masalah jangka panjang ini.
b.
Hipoglikemia
Walaupun tidak baik bila
kadar gula tinggi, tetapi seorang penderita diabetes mellitus atau kencing
manis ini dapat pula secara tiba-tiba mengalami gula darah yang sangat rendah
di bawah ambang normal yang disebut hipoglikemia. Ini juga sangat
berbahaya karena dapat membuat penderitanya gemetar, berkeringat, lelah, lapar,
gampang tersinggung, atau bingung atau detak jantung cepat sekali, pandangan
kabur, nyeri kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di sekitar mulut dan bibir.
Bahkan bisa kejang-kejang atau
pingsan. Sering kali, menu
makanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat mencegah timbulnya
problem-problem itu. Mengkonsumsi glukosa, misalnya sari buah atau tablet
glukosa, dapat menaikkan kembali kadar gula darah ke tingkat yang lebih aman
hingga makanan lain dapat dikonsumsi.
c.
Ketoasidosis
Jika glukosa tidak dapat
diolah dengan baik oleh tubuh, maka lemak dan protein dalam tubuh dimanfaatkan
oleh tubuh untuk dijadikan energi. Namun saat tubuh membakar lemak,
terbentuklah sisa pembakaran yang disebut keton. Keton menumpuk dalam darah dan
mengalir ke dalam air seni. Karena keton ini lebih asam daripada jaringan tubuh
yang sehat, kadar keton yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan terjadinya
kondisi serius yang disebut ketoasidosis. Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus
dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada
anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk
memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton.
Ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya
beberapa jam.
Komplikasi
DM dapat bersifat akut dan kronik. Komplikasi akut ditandai dengan infeksi (
karbukel, angren, pielonefritis, dan lain- lain). Terjadi ketoasidosis, diikuti
koma. Sedangkan komplikasi kronik berhubungan dengan kerusakan dinding pembuluh
darah yang menimulkan atherosklerosis kahs pada pembuluh darah kecil di bagian
ujung yang disebut mikroangipati.
Manifestasinya berupa retinopati,
gluerolusklerosis, dan neiuropati. Komplikasi DM dapat dicegah dengan cara
:
a.
Terhadap kemungkinan komplikasi pada mata, dilakukan
pemeriksaan mata seara teratur, dan jika dapat dilakukan pengobatan dengan
cepat dan tepat dapat mencegah 90 % kemungkinan komplikasi kebutaan.
b.
Perawatan yangtepat terhadap kaki, dengan
pemeriksaan dan pendidikan pasien dapat mencegah 85 % kemungkinan diamputasi.
c.
Pengendalian dan pengobatan hipertensi dapat
mengurangi komplikasi penyakit jantung dan stroke sebesar 33 – 50 % dan 33 %
kegagalan ginjal.
Pengalaman di AS
menunjukkan bahwa:
a)
Pengendalian intensif tekanan darah dapat menurunkan
biaya perawatan seorang penderita sampai $ 900.
b)
Perawatan kaki penderita DM juga mengurangi biaya
untuk kemungkinan jatuh dalam biaya amputasi.
c)
Pemberian pelatihan sehingga pasien dapat mengurus
dirinya sendiri sehingga tidak perlu masuk rumah sakit, memberika nilai
efisiensi juga. Setiap 1 dolar biaya penyuluhan dapat memotong biaya untuk
hospitalisasi sebesar $8,76.
d)
Perawatan ibu hamil dengan DM dapat mengurangi biaya
untuk kemungkinan komplikasi kehamilan dan risiko buat bayi.
e)
Untuk mencegah atau menunda serangan DM, perubahan
gaya hidup berisiko sagat efektif.
Dengan mengurangi BB 5- 7 % dan melakukan 2,5 jam aktivitas fisik seminggu,
mereka yang prediabetik akan menurunkan risiko lebih setengah kali untuk
menderita DM tipe 2.
2.7 Pencegahan DM
Kunci utama
pencegahan diabetes terletak pada tiga titik yang saling berkaitan :
pengendalian berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini
dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit ( 5-7 % dari erat total )
disertai dengan 30 menit kegiatan fisik / olahraga 5 hari per minggu, sambil
makan secukupnya yang sehat.
Selain itu, untuk
identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang mulai berusia 45
tahun, terutama yang berat badan lebih, seharusnya uji diabetes.
Pencegahan
diabetesmeliputi:
a.
Pencegahan
premordial kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku positif mendukung
kesehatan umum dan upaya menghindarkan
diri dari risiko DM. Misalnya berperilaku sehat, tidak merokok, makanan bergizi
dan seimbang, ataupun bisa diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu atau
kegiatan jasmani yang memadai.
b.
Promosi
kesehatan, ditujukan pada kelompok berisiko, untnuk mengurangi atau menghilangkan
risiko yang ada. Dapat dilakukan dengan penyluhan dan penambahan ilmu kepada
masyarakat.
c.
Pencegahan
khusus, ditujukan kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukan
pemerikasaan atau upaya sehinggga tidak jatuh ke DM. Uapaya ini dapat berbentuk
konsultasi gizi / diaetetik.
d.
Diagnosis
awal
Diagnosis awal
dapat dilakukan dengan cara:
1) Tes darah
Biasa dilakukan di
laboratorium, yang dites adalah darah saat puasa dan postprandial. Sebelum
melakukan tes, Anda harus berpuasa selama 12 jam. Kadar
gula yang normal selama berpuasa adalah di bawah 100
mg/dl. Setelah itu, pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah
makan, bila hasilnya diatas 140 mg/dl dapat berarti Anda menderita diabetes.
2) Tes Urine
Urine atau air kencing diperiksa kadar albumin, gula
dan mikroalbuminurea untuk mengetahu apakah seseorang menderita penyakit ini
atau tidak. Tes ini juga dilakukan di laboratorium atau klinik.
3) Glukometer
Tes ini dapat dilakukan sendiri di
rumah bila memiliki alatnya. Caranya adalah dengan menusukkan jarum pada jari
untuk mengambil sampel darah. Kemudian sampel darah diletakkan ke dalam celah
yang tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya tidak terlalu akurat, tetapi
dapat digunakan untuk memantau gula bagi penderita agar apabila ada indikasi
gula tinggi dapat segera melakukan pengecekan di laboratorium dan menghubungi
dokter. Alat glukometer terkini sudah dirancang begitu mudah digunakan dan
tidak menimbulkan rasa sakit saat mengambil sampel darah.
4) Pemantauan gula darah menggunakan air mata
Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, kini tak hanya daah yang bisa
digunakan untuk memantau kondisi gula darah. Air matapun bisa digunakan untuk
memantau gula darah seseorang. Hal tersebut telah diuji melalui penelitian
terhadap sebuah sensor ole seorang peneliti dari University of Michigan yang
diterbitkan pada sebuah jurnal “Analitycal Chemistry”. Dalam penelitian yang
dilakukakannya terhadap 12 kelinci, ia menemukan ada korelasi antara kadar
glukosa
dalam darah dan
kadar glukosa pada air mata. Hal ini terjadi karena orang dengan diabetes
memiliki kadar glukosa yang tinggi dalam drahnya yang disebabkan pankres
berhenti memproduksi hormon insulin atau sel- sel tubuh menjadi resisten
terhadap insulin, sehingga tubuh tidak mampu menyerap glukosa dalam aliran
darah.
Dalam studi ini,
Jeffery Labelle insinyur dari Arizona State University bekerjasama dengan para
pneliti di Mayo Clinic untuk mengembangkan pemantauan glukosa melalui air mata,
dengan membuat sensor yang bisa disentuh di bagian mata yang berwarna putih
selama 5 detik kemudian ditekan ke dalam perangkat yang sudah di desain untuk
membaca kadar gula darah.
e. Pengobatan yang tepat
Dikenal berbagai
macam upaya dan pengobatan untuk penderita DM agar tidak terjadi komplikasi, di
antaranya:
1.
Insulin
Senitizer
Insulin senitizer
dapat meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk mengenali
berbagai insulin, dan kemudian untuk meningkatkan tindakan insulin dengan
mendorong glukosa ke dalamnya, sehingga menurunkan tingkat glukosa darah.
Senitizer insulin utama, yaitu glitazones dan Biguanides seperti metformin.
2.
Secretagogues
Obat ini termasuk obat yang memaksa pankreas untuk
meningkatkan jumlah insulin, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam
darah. Obat- obat ini termasuk sulfonilurea, meglitinides, mimesis incretin (
Exenatides ) dan dipetidyl peptidase inhibitor IV ( DPP IV inhibitor O, seperti
sitagliptin.
3.
Exenatide
seminggu sekali
Beberapa exenatides telah diperkenalkan sebagai
suntikan sehari- hari, dan telah disetujui sebagai pengobatan pembantu untuk DM
tipe 2.
Dan masih banyak lagi pengobatan yang
telah dikembangkan untuk mengobati DM tersebut.
f. Disability imitation : pembatasan kecacatan yang
ditujukan kepada upaya maksimal mengatasi dampak komplikasi DM sehingga tidak
menjadi lebih berat.
g. Rehabilitasi, sosial maupun medik.
Memperbaiki keadaan
yang terjadi akibat komplikasi atau keacatan yang terjadi karena DM. Upaya
rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjut DM yang telah menybabkkan
adanya amputasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan naiknya
kadar glukosa dalam darah akibat pankreas tidak menghasilkan insulin atau tubuh
resisten tterhadapa insulin. Faktor pencetus penyakit diabetes
melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi trend seperti
mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan
kurang olahraga.
Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes
melitus yaitu tipe I Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes
tergantung dengan insulin Non Insulin Dependent Diabetus Mellitus dan
tipe II (NIDDM) diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Tipe II
mencakup 80 – 90% dari seluruh kasus diabetes melitus dan umumnya
penderita mengalami kelebihan berat badan. Diabetes Melitus tipe II
biasanya ditandai dengan adanya poliphagia, poliuri, polidipsia,
kesemutan, kelelahan / kelemahan fisik dan berat badan menurun. Pada diabetes
melitus lanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut (ketoasidosis),
komplikasi vaskuler jangka panjang (retinopatidibetik), mikroangiopaty,
makroangiopaty dan gangrene.
Diabetes tiadak dapat
disembuhkan, tetapai hanya bisa dikendalikan dan dicegah, salah satunya dengan
menjaga pola hidup sehat dan pemberian obat yang tepat guna menghindari
komplikasi.
3.2 SARAN
Penyakit gula atau diabetes melitus (DM) dapat menyerang
siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, atau kurus-gemuk. Penyakit diabetes tidak
dapat disembuhkan, namun dapat dicegah.
Setiap tahunnya trend penderita DM di tiap negara
meningkat. Untuk itulah, agar kita semua terhindar dari DM, mulai dari sekarang,
dari diri sendiri, mari kita hindari segala sesuatu yang mungkin dapat memacu
DM dalam diri kita, salah satunya dengan tetap menjaga pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
kesehatan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar